Tri Sandhya dan Arti
Berdasarkan akar katanya Tri Sandhya memiliki arti Tri = tiga dan Sandhya = pergantian waktu. Tri Sandhya dimaknai sebagai persembahyangan yang dilakukan tiga kali sehari di saat terjadinya pergantian waktu dari malam ke pagi, pagi ke siang dan siang ke malam hari.
Dalam mantram Tri Sandhya (6 bait) yang banyak orang kenal adalah bait pertama yaitu mantram Gayatri yang bersumber dari kitab suci Rg.Weda III.62.10. Lalu, bagaimana dengan 5 bait yang lainnya? Seperti halnya bait pertama, bait ke-2 sampai dengan bait ke-6 juga bersumber dari kitab suci Weda. Bait ke-2 bersumber dari Narayana Upanisad 2, bait ke-3 berasal dari Sivastava 3, dan bait ke 4-6 adalah sama yaitu bersumber dari Ksamamahadevastuti 2-5. Mari kita bahas satu persatu.
Puja Tri Sandhya merupakan ibu
mantra dan intisari dari seluruh mantra-mantra Weda yang mampu membawa
umat manusia menuju ke arah kehidupan yang harmonis (mokṣa). Mantra Puja Tri Sandhya merupakan
media yang paling sesuai digunakan pada zaman Kali, di mana manusia
dalam waktu hidup yang singkat harus berlomba dengan waktu demi memenuhi
kebutuhan jasmaninya sehingga manusia tak punya banyak waktu untuk
memenuhi kebutuhan rohani seperti yang dilakukan oleh Mahārṣi terdahulu
sebagai contoh melakukan tapa yang cukup lama. Dalam sastra suci Weda
disebutkan bahwa melakukan ‘Japa’ atau menyebut nama suci Tuhan
berulang-ulang merupakan salah satu cara yang paling baik untuk
meningkatkan spritualitas seseorang di zaman Kali ini dan dengan
melakukan puja Tri Sandhya berarti Japa–pun sudah kita lakukan.
Mantra Puja Tri Sandhya merupakan intisari dari seluruh mantra-mantra suci Weda, hal ini dikarenakan mantra Puja Tri Sandhya telah mencakup segala jenis aspek dan pujian kepada Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa dan di antaranya; 1. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berarti kita telah melakukan Japa, karena kita telah mengucapkan mantra suci ‘Om’ dalam setiap baitnya yang berarti kita telah menyebut akṣara suci Tuhan secara berulang. Dimana kata ‘Om’ memiliki arti ‘Brahman’. 2. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berarti kita telah mengakui dan memuji Keagungan Tuhan dalam bentuk pengucapan ‘mantra Gayatri’ yang terletak pada bait pertama. ‘Gayatri mantra’
adalah mantra yang paling mulia di antara semua mantra. Ia adalah ibu
mantra, dinyanyikan oleh semua orang beragama Hindu waktu sembahyang.
Mantra ini paling mulia karena :
One reason why the Gayatri is considered to be the most representative prayer in the Vedas is that is capable of possesing “dhi”, higher intelligence which brings him knowledge, material and transendental. What the eye is to the body “dhi” or intelligence is to the mind. (The Call of Vedas, p. 108-109).“Suatu sebab mengapa gayatri dipandang dan yang mewakili segala di dalam Veda ialah karena ia adalah doa untuk daya kekuatan yang dapat dimiliki orang ialah: “dhi” yaitu kecerdasan yang tinggi yang memberikan padanya pengetahuan, materi dan kemampuan mengatasi hal-hal keduniawian. Sebagai halnya mata bagi badan, demikian “dhi” atau kecerdasan untuk pikiran.”
Bait ke-1 :
Om om omOṁ bhūr bhuvaḥ svaḥtat savitur vareṇyaṁbhargo devasya dhīmahidhiyo yo naḥ pracodayātTerjemahan:Om Sang Hyang Widhi, kami menyembah kecemerlangan dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang menguasai bumi, langit dan sorga, semoga Sang Hyang Widhi menganugrahkan kecerdasan dan semangat pada pikiran kami.
Dengan mengucapkan mantra ini berarti
kita telah mengakui keagungan Tuhan yang telah memberi manusia
kecerdasan dan pengetahuan yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang
paling beruntung, 3. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berarti kita telah mengakui ‘Tuhan hanya satu dan merupakan sumber dari segalanya’ dan beliau disebut ‘Narayana’. Hal ini tercantum dalam bait kedua.
Bait ke-2 :
Oṁ nārāyaṇa evedaṁ sarvaṁyad bhūtaṁ yac ca bhavyamniṣkalaṅko nirañjano nirvikalponirākhyātaḥ śuddho devo ekonārāyaṇaḥ na dvitīyo ‘sti kaścitTerjemahan:Om Sang Hyang Widhi, semua yang ada berasal dari Sang Hyang Widhi baik yang telah ada maupun yang akan ada, Sang Hyang Widhi bersifat gaib tidak ternoda tidak terikat oleh perubahan, tidak dapat diungkapkan, suci, Sang Hyang Widhi Maha Esa, tidak ada yang kedua.
Mantra ini adalah salah satu dari suatu rangkaian mantra yang panjang disebut Catur Veda Sirah (Empat Veda Kepala). Catur Veda Sirah ini
adalah salinan Nārāyaṇa Upaniṣad, sebuah Upaniṣad kecil. Di sini
dinyatakan bahwa Tuhan adalah segalanya yang luput dari segala noda. 4. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berarti kita telah mengakui bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan memiliki banyak manifestasi atau nama (visvarupam). Hal ini tercantum dalam bait ketiga.
Bait ke-3 :
Oṁ tvaṁ śivaḥ tvaṁ mahādevaḥīśvaraḥ parameśvaraḥbrahmā viṣṇuśca rudraścapuruṣaḥ parikīrtitāḥTerjemahanOm Sang Hyang Widhi, Engkau disebut Siwa yang menganugrahkan kerahayuan, Mahadewa (dewata tertinggi), Iswara (mahakuasa). Parameswara (sebagai maha raja diraja), Brahma (pencipta alam semesta dan segala isinya), Visnu (pemelihara alam semesta beserta isinya), Rudra (yang sangat menakutkan) dan sebagai Purusa (kesadaran agung).
Aspek yang berikutnya, 5. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya kita telah mengakui kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat.
Sehingga pada bait ini kita memohon perlindungan diri kepada Tuhan dan
memohon kesucian jiwa dan raga. Adapun bunyi bait keempat dari mantra
Puja Tri Sandhya sebagai berikut.
Bait ke-4 :
Oṁ pāpo ‘haṁ pāpakarmāhaṁpāpātmā pāpasaṁbhavaḥtrāhi māṁ puṇḍarīkākṣaḥsabāhyā bhyantaraḥ ‘śuciḥTerjemahan:Om Sang Hyang Widhi, hamba ini papa, perbuatan hambapun papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Widhi yang bermata indah bagaikan bunga teratai, sucikan jiwa dan raga hamba.
Pemuja mengatakan dirinya serba hina
serba kurang serba lemah. Hina kerjanya, hina diri pribadinya, hina
lahirnya. Karena itu ia mohon kepada Tuhan untuk dilindungi dan
dibersihkan dari segala noda. Tuhanlah pelindung tertinggi dan Tuhanlah
melimpahkan kesucian untuk dia yang setia mengamalkan ajaran-Nya. Dalam
mantra ini pemuja mengatakan pengakuannya bahwa ia adalah mahluk yang
lemah. 6. Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berartikita
telah memohon pengampunan dosa kepada Tuhan. Dalam bait ini kita telah
mengakui bahwa Tuhan adalah Maha Pelindung dan Penyelamat yang akan mengampuni seluruh dosa dalam wujud Beliau sebagai Sadā Śiwa. Adapun bunyi dari bait ke-lima sebagai berikut.
Bait ke-5 :
Oṁ kṣamasva maṁ mahādevaḥsarva prāṇi hitaṅkaraḥmaṁ moca sarva pāpebhyaḥPālayasva sadāśivaTerjemahan:Om Sang Hyang Widhi, ampunilah hamba, Sang Hyang Widhi yang maha agung anugrahkan kesejahteraan kepada semua makhluk. Bebaskanlah hamba dari segala dosa lindungilah hamba Om Sang hyang Widhi.
Dalam mantram ini pemuja mengatakan pengakuannya bahwa ia adalah mahluk yang lemah. 7.
Dengan melakukan Puja Tri Sandhya berarti kita telah memohon
pengampunan dosa kepada Tuhan. Kita telah menyadari dan mengakui segala
jenis dosa yang telah kita perbuat, baik dosa perbuatan, perkataan, dan
pikiran. Berikut ini adalah mantra dari bait ke-enam Puja Tri Sandhya.
Bait ke-6 :
Oṁ kṣantavyaḥ kāyiko doṣaḥkṣantavyo vāciko mamakṣantavyo mānaso doṣaḥtat pramādāt kṣamasva māmTerjemahan:Om Sang Hyang Widhi, ampunilah dosa yang dilakukan oleh badan hamba, ampunilah dosa yang keluar melalui kata kata hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelalaian hamba.
Dalam bait ini disebutkan, apa saja dosa
anggota badan, apa saja dosa kata-kata dan apa saja dosa pikiran, pemuja
memohon kepada Tuhan untuk diampuni. Manusia tidak dapat bebas dari
dosa karena ia diselubungi oleh khilaf dan lalai. Bila seseorang dapat
membersihkan diri dengan amal kebajikan maka kabut kekhilafan yang
menyelubungi sang diri akan menipis dan akan memancarkan cahaya kesucian
dari sang diri yang meng-antar seseorang ke alam kesadaran. Atas dasar
ini kelepasan akan lebih mudah diperoleh. Akhirnya setelah mengucapkan
mantra terakhir dari Puja Tri Sandhya pada bait ke-enam, pemuja lalu
mengucapkan mantra penutup, yang bertujuan untuk memperoleh kedamain
(keharmonisan) setelah mengucapkan keenam bait yang ada dengan penuh
keyakinan dan konsentrasi. Mantra penutup itu berbunyi:
Oṁ Śāntiḥ, Śāntiḥ, Śāntiḥ, Oṁ.Terjemahan :Om Sang Hyang Widhi anugrahkanlah kedamaian (damai di hati), kedamaian (damai di dunia), kedamaian selalu.
Dari penjabaran tentang mantra Puja Tri
Sandhya di atas dapat disimpulkan bahwa, mantram Tri Sandhya merupakan
ibu mantra intisari Weda. Karena dalam mantra ini terdapat mantra
Gayatri dan mencakup seluruh aspek. Mulai dari memuji ke-Agungan Tuhan,
mengakui bahwa Tuhan hanya satu, mengakui banyak manifestai Tuhan,
pengakuan akan dosa yang telah kita lakukan, Memohon perlindungan Tuhan
dan mempercayai bahwa Tuhan adalah pengampun seluruh dosa, dan
lain-lain. Bukankah ini semua merupakan seluruh dari intisari Weda? Ini
adalah ibu mantra yang paling praktis untuk dilakukan di zaman Kali,
karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya. Kita tidak
lagi harus melakukan pemujaan hingga berjam-jam. Walaupun singkat dan
praktis namun esensi dari ibu mantra ini mencakup ‘Catur Weda’.
Dengan demikian hanya dengan melakukan Puja Tri Sandhya secara rutin
sama halnya dengan kita membaca seluruh sloka-sloka suci Weda guna
menuju hidup yang harmonis. Ini membuktikan bahwa Puja Tri Sandhya
sangat sempurna, karena seluruh intisari Weda telah tertuang dalam ibu
mantra ini. Mantram Puja Tri Sandhya kemudian akan menjadi lebih
sempurna lagi jika diikuti dengan melakukan ‘Kramaning Sembah’.
Demikianlah mantram Tri Sandhya, terjemahan dan pemahamannya. Dengan pengertian dan pemahaman makna, sraddha, keyakinan kita kepada-Nya akan semakin mantap.
Sumber :
“Tri Sandhya, Sembahyang dan Berdoa” oleh I Made Titib; Vedasastra; apagung
https://pandejuliana.wordpress.com/2012/11/24/puja-tri-sandhya-sumber-teks-terjemahan-dan-pemahamannya/https://luhemik.wordpress.com/2011/02/04/makna-tri-sandhya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar